Entri Populer

Thursday, July 11, 2013

PUASA KAMI

regu mekanik sedang memadatkan balas.

Puasa memang ibadah wajib bagi seorang muslim, dan itu tidak akan pernah penulis bantah sekalipun, sampai kapanpun. Di sini penulis hanya ingin menceritakan pengalaman penulis, sebagai seorang muslim, iman yang masih tipis, dan pekerja kasar. Yang apabila tidak bekerja maka akan berakibat tidak akan mendapat upah. Dan memang pekerjaan itu, apabila tidak di kerjakan, akan membahayakan bagi orang lain.
Penulis pernah bekerja sebagai anggota regu mekanik perawatan jalan rel. Semua tahu, bahwa rel 95% adalah di luar gedung, tidak ada atapnya, alias di ruang terbuka yang pasti tersinari oleh matahari langsung. Dan pekerjaan kami adalah memperbaiki keadaan jalan rel agar nyaman di lewati oleh kereta api. Dan jam kerja kami adalah pukul 7 pagi hingga 3 sore bahkan bisa lebih, bila di perlukan dalam keadaan dianggap bahaya.
Untuk menangani pekerjaan tersebut, kami menggunakan peralatan serba besi, yang kesemuaannya beratnya rata-rata per alat lebih dari 5kg, contohnya adalah palu godam, gantho, lencus, dongkrak rel dan tetek bengek lainnya. Bahkan untuk alat semi mekanik beratnya rata-rata 40kg, seperti HTT dan generator,serta kabel-kabelnya.
Kami bekerja harus dengan segera dan cepat, mengingat kami tidak di beri waktu jeda oleh kereta api yang akan lewat. Maksudnya pekerjaan kami tidak seperti pekerjaan dinas pekerjaan umum yang menangani proyek jalan aspal, yang bisa memabgi jalan apabila ada pekerjaan jalan. Kami harus tetap melewatkan kereta api dengan kecepatan yang sama, dan harus teap bekerja untuk memperbaiki jalan tersebut. Jadi kami bekerja berpacu dengan jadwal kereta api.
Bayangkanlah pekerjaan kami, mengangkat rel, memasukkan balas/batu split kedalam bantalan dengan alat sejenis pancong berkepala bodhem, yang beratnya lebih dari 5kg, di angkat dan di pukulkan kebalas agar masuk ke bawah bantalan, berkali-kali. Di bawah terik matahari pukul 8 pagi hingga 11 siang. Kemudian mengangkut peralatan yang berat kesemuaanya lebih dari 100kg, untuk kemudian pindah/geser ke tempat lain/titik lain yang di anggap memerlukan perawatan.

suasana lapangan.

Belum lagi kami menangani pekerjaan langsiran balas, kurasan kantong balas dan lain-lainnya yang tentunya tidak bisa di bayangkan dan di ceritakan, kalau tidak melihat sendiri. Yang pada intinya, semua pekerjaan kami memerlukan tenaga yang lebih dan kondisi badan yang fit, benar-benar menguras tenaga.
Bagaimana kami akan menjalankan puasa dalam kondisi demikian..??
Penulis sendiri pernah berusaha puasa, dan ternyata tidak kuat dan memang sangat berat menjalankan puasanya. Penulis sangat malu sebenarnya, apabila istirahat, kami semua makan di warung pada saat orang-orang sedang menjalankan puasa. Sepertinya kami adalah orang-orang yang tidak tahu diri. Dan tidak mau menjalankan ibadah wajib itu.
Sebenarnya penulis tidak ingin beralasan, tapi begitulah keadaan pekerjaan penulis dan rekan-rekan di regu mekanik perawatan jalan rel. Dan itu adalah kewajiban kami sebagai pekerja, dan dengan itu kami mendapatkan upah dan dengan upah itu kami membiayai keluarga kami.
Semoga pembaca yang budiman, setelah membaca tulisan saya ini. Bisa maklum adanya, juga maklum kepada pekerja-pekerja kasar seperti kami di lain tugas dan jenis pekerjaan. Seperti pekerja bangunan di proyek-proyek, tukang batu, tukang becak dan pekerja kasar lainnya yangtidak penulis ketahui jenisnya.
Sungguh dalam hati penulis sangat sedih, tidak bisa mengerjakan ibadah wajib itu, yang pahalanya bisa menghapus dosa dan memasukkan kita ke syurga, nanti setelah kematian menjemput. Namun apalah daya kami, yang hanya kuli kecil yang patuh terhadap perintah atasan, yang keadaanya memang demikian.

Semoga kami di ampuni atas dosa-dosa kami, dan di kuatkan iman kami dan juga di beri kesempatan untuk menjalankan puasa entah di taun  kapan. Amien...

No comments:

Post a Comment